Senin, 12 Mei 2014

Proposal Kewirausahaan " Cireng Rujak "



A.    Rencana Bisnis
1.     Latar Belakang
Usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memperoleh hasil berupa keuntungan, upah, atau laba usaha. Dan keuntungan dari usaha tersebut dapat menghasilkan uang yang dapat meningkatkan taraf hidup seseorang.
Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang dalam memulai atau menjalankan kegiatan usaha seperti membuat sendiri produk yang akan dijual. Kegiatan ini lebih banyak kelebihannya dibandingkan dengan sistem atau kegiatan usaha lainnya. Selain karana produk yang dijual lebih berfariatif, cara ini juga lebih mudah dalam menargetkan laba dengan total produk yang akan dijual ke konsumen.
Dari penjelasan latar belakang di atas maka kami tertarik untuk melakukan kegiatan usaha dengan menggunakan cara membuat sendiri produk yang akan dijual. Dalam hal ini, produk yang akan kami tawarkan adalah jajanan pasar yaitu berupa “cireng rujak”.

2.     Visi dan Misi
o    Visi
Konsumen puas akan rasa dari produk yang kami tawarkan
o    Misi
Memperkenalkan kepada masyarakat khususnya pemuda jajanan rakyat yang murah tetapi enak

3.     Analisis Bisnis
a.)    Kekuatan
o    Harga produk ekonomis
o    Kebersihan produk terjamin
o    Produk tidak menggunakan bahan pengawet dan zat-zat berbahaya lainnya juga rasa yang masih asli atau otentik.
  • Produk yang kami tawarkan merupakan jajanan rakyat yang belum banyak tersedia di berbagai tempat khususnya di Jakarta
b.)    Kelemahan
o    Produk yang kami tawarkan tidak bertahan lama karena tanpa menggunakan bahan pengawet
c.)    Peluang
o    Banyak penjual lain yang menjual produk yang sama tetapi menggunakan bahan pengawet, sedangkan produk kami tidak menggunakan bahan pengawet
o    Produk kami masih mempertahannkan rasa asli dari produk pada saat pertama kali masyarakat baru mengetahui produk tersebut
d.)   Hambatan
o    Produk yang kami tawarkan adalah produk yang hampir tersingkir karena banyaknya jajanan dari masakan barat.
o    Produk yang kami tawarkan jika sudah tidak hangat lagi maka tampilannya menjadi kurang menarik.

4. Analisis Pasar
Analisis pasar adalah suatu penganalisaan atau penyelenggaraan untuk mempelajari berbagai masalah pasar berupa, lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar, dan karakteristik pasar.
a)      Produk yang akan dijual
Produk yang akan dijual dalam usaha ini adalah jajanan rakyat yang sudah tidak asing dengan lidah orang Indonesia dan juga bisa ditemukan dimana saja yaitu cireng, namun dalam produk ini kami menambahkan bumbu rujak sebagai daya tarik untuk membedakan dengan produk cireng lainnya.
b)      Penawaran dan Permintaan
Pada umumnya masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang berbeda, termasuk dalam hal kuliner. Dalam hal ini produk yang kami tawarkan berupa makanan ringan dan jajanan rakyat yang tidak terlalu mengenyangkan.

c)      Harga Jual Produk
Harga jual produk yang kami tawarkan kepada konsumen untuk tiap produknya sebesar      Rp. 20.000

5. Analisis Produksi
Dalam kegiatan usaha kami ini, terdapat dua jenis analisis produksi yaitu analisis produksi cireng dan analisis produksi bumbu rujak dengan perincian sebagai berikut:

a. Analisis Produk Cireng
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan cireng adalah sebagai berikut:
o    Tepung Tapioka 4 kg               Rp 48.000
o    Tepung serba guna 4 kg           Rp 52.000
o    corn starch 2 botol                   Rp 17.000
o    Bawang putih 3 kg                   Rp 27.000
o    Lada hitam 2 botol                   Rp   9.000
o    Daun parsley kering 3 botol      Rp 18.000
o    Baking powder 2 botol             Rp   9.000   +
Total                                      Rp  180.000

      b. Analisis Produk Bumbu Rujak
Bahan- bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bumbu rujak adalah sebagai berikut:
o    Cabai rawit merah 3 kg            Rp 30.000
o    Cabai rawit hijau 3 kg              Rp 33.000
o    Asem Jawa 15 buah                 Rp   5000
o    Terasi 1/2 kg                            Rp 20.000
o    Gula Merah 1,5 kg                   Rp 18.000  +
Total                                      Rp 106.000



      c. Analisis Produk Bersama
Dalam pembuatan kedua produk ini terdapat bahan-bahan yang digunakan secara bersama, yaitu:
o    Minyak goreng 2 liter      Rp 30.000
o    Gas 3 kg                        Rp16.000
o    Garam 3 bungkus           Rp   6.000  +
Total                            Rp 52.000

6. Analisis Resiko Bisnis
Dalam kegiatan usaha ini, resiko bisnis yang kami hadapi adalah ketidak tahanan produk kami karena tidak menggunakan bahan pengawet. Oleh sebab itu maka jika produk kami tidak semuanya habis akan menyebabkan kerugian dalam kegiatan usaha.

7.Proyeksi Keuangan
      Rencana anggaran biaya cireng rujak :
o    Tepung Tapioka 4 kg               Rp 48.000
o    Tepung serba guna 4 kg           Rp 52.000
o    corn starch 2 botol                   Rp 17.000
o    Bawang putih 3 kg                   Rp 27.000
o    Lada hitam 2 botol                    Rp   9.000
o    Daun parsley kering 3 botol       Rp 18.000
o    Baking powder 2 botol              Rp   9.000  
o    Garam 3 bungkus                      Rp  6.000
o    Gas dan minyak goreng 2 liter    Rp 46.000
o    Cabai rawit merah 3 kg             Rp 30.000
o    Cabai rawit hijau 3 kg               Rp 33.000
o    Asem Jawa 15 buah                 Rp   5.000
o    Terasi 1/2 kg                            Rp 20.000
o    Gula Merah 1,5 kg                   Rp 18.000  +
      Total pengeluaran cireng rujak     Rp 338.000
     
o    Keuntungan
-    Cireng rujak (per 20 bungkus @ isi 8 buah )
Untuk per produk  = harga penerimaan – harga pengeluaran
                                   = Rp 400.000 – Rp 338.000
                                   =  Rp 62.000

o    Prediksi penjualan
-   Target penjualan produk
    Cireng rujak 20 bungkus
-   Kegagalan : 5 %
    (5% x  20 bungkus) = 1 bungkus
-   Harga jual produk : Rp 20.000/bungkus
-   Penerimaan
    Cireng rujak (20 bungkus – 1 bungkus) x Rp 20.000 = Rp 380.000

o    Produksi Laba- Rugi
Untung = harga penerimaan – harga pengeluaran
                   = Rp 380.000 – Rp 338.000
            = Rp 42.000
    
      B. Strategi Bisnis
      Di dalam pemasaran kita harus pandai dalam mengatur harga, tempat penjualan, melakukan    
      promosi produk, dan salah satu cara berpromosi adalah dengan menawarkan harga miring   
      untuk setiap makanan. Inovasi yang bagus terhadap produk yang dijual seperti bagaimana
      cara membuat martabak tahu dan pastel ini terlihat lebih berbeda dari olahan martabak tahu
      dan pastel pada umumnya.
    
     1.)    Mengatur Tempat Penjualan
             Tempat berlangsungnya usaha kami berada di Jalan Juanda , Depok
     2.)    Strategi Produk
             Disini kami menawarkan jajanan rakyat dengan berbagai produk dengan rasa yang masih  
             otentik dan higienis.
     3.)    Promosi Produk
             Kami mempromosikan produk kami dengan cara menawarkan langsung kepada
             konsumen yaitu dengan membuka stand di kawasan car free day Jl. Juanda

     C.Rencana Aktifitas
     Dalam menjalankan usaha ini, kami berencana untuk menawarkan produk-produk kami         
     kepada pengunjung car free day sela-sela aktivitas olahraga mereka. Hal ini dilakukan
     mengingat target konsumen kami adalah ibu rumah tangga dan pelajar.


Sumber:

Sabtu, 22 Maret 2014

Enterpreneurship


Kewirausahaan

A.    Pengertian Enterpreneurship

Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan, Pengertian Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Jadi, secara umum pengertian kewirausahaan adalah kegiatan penciptaan bidang usaha yg baru.
Pengertian Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon misalnya, memberikan pengertian kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Berikut ini beberapa pengertian kewirausahaan menurut para ahli:
-  Soeparman Spemahamidjaja: Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam   
  
berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
   penggerak tujuan,
siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. 
- S. Wijandi:Kewirausahaan: adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam
  
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. 
- Richard Cantillon: Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-
  
employment). 
Drucker: Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
  
baru dan berbeda (ability to create the new and different). 
Zimmerer: Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
  
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan..
Soeharto Prawiro: Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
  
suatu usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). 
Achmad Sanusi: Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
  
yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
  
hasil bisnis

B.     Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan

1.      Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
      Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang terdapat pada peranserta membahas fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
      Studi kewirausahaan kemudian berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan masyarakat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan, walau terdapat perbedaan sudut pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro dan makro. Dengan demikian adalah wajar jika studi kewirausahaan dengan penekanan keilmuan yang berbeda itu pada akhirnya akan saling berhubungan dan memengaruhi.
      Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982). Ini menunjukkan perkembangan teori ini masih dalam perjalanan panjang serta dari adanya perubahanperubahan ekonomi dunia diharapkan memberi banyak masukan bagi peneliti.

      Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah menarik perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini menjelaskan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tersebut antara lain: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, terdapat acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang dipadukan oleh teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

2.      Teori – Teori Kewirausahaan

v   Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:

a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.

Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.

b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.

c. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper back doorengine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tersebut.

v  Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).

Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kaca mata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidup wirausaha.

v  Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
               … judgement about likely consequences of specific behaviors in particular 
               situations
         ( Bandura, 1986:82 )

Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan dengan nilai tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif kerja yang dapat diperoleh dengan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya jika seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang sesuai dengan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer di AS, mempunyai keyakinan yang kuat bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus mengembangkan usaha dengan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Dell dan IBM terus bersaing di industri komputer.


Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:

a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan isiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti kurang makan/minum.

b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan insemtif sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau berupa stimulus baru untuk dilihat atau orang dewasa yang bermain musik untuk memperoleh umpan balik sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.

c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.

d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat menggunakan uang sebagai insentif. Hal ini disebabkan dengan uang, individu dapat memperoleh hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari pelayanan jasa hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lain lain.

e. Insentif yang berupa aktivitas
Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu.

f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan kesempatan kepadnya untuk mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain. Keuntungan yang khas ini membawa individu berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.

g. Insentif berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.

Jadi ada insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan insentif terpenuhinya standar internal.

C.      Kewirausahaan dan Berbagai Sudut Pandang
Ø  Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya.
Ø  Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Ø  Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang yang menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Ø  Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.

D.    Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan

1.       Tujuan Kewirausahaan
-          Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas
-          Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
-          Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat yang mampu, andal, dan unggul.
-          Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat

2.      Manfaat Kewirausahaan
-          Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat.
-          Menjadi contoh bagi masyarakat sebagai pribadi yang unggul dan patut diteladani
-          Dapat memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuanya
-          Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran
-          Dapat mendidik masyarakat hidup efisien dan tidak boros



 
E.     Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Kewirausahaan

Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang wirausaha lebih memiliki streetsmart dari padabooksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut benar maka secara tidak langsung usaha-usaha yang dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk berhasil.

Terhadap pendangan di atas, Chruchill (1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha. Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman yang menentukan keberhasilan wirausaha.

Menurut Eels (1984) dan Mas’oed (1994), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang lengkap.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir.

F.      Faktor – Faktor Pemicu Kewirausahaan
            David C. McClelland, mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh:
-          Motif berprestasi (achivement)
-          Optimisme (optimism)
-          Sikap-sikap nilai (value attitudes)
-          Status Kewirausahaan (entrepreneurial status)

Ibnoe Soedjono dan Roopke, menyatakan bahwa proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari:
-          Property Right (PR)
-          Competenc/ability (C)
-          Incentive (I)
-          External Environment (E)
Kemampuan berwirausaha (entrprenuerial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian dalam menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.

Model Proses Kewirausahaan
Kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi, didukung oleh kejadian pemicu, di implementasikan, dan akhirnya tumbuh berkembang.

Ciri – Ciri Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
      Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga ciri penting, yaitu:
      -          Tahap imitasi dan duplikasi
      -          Tahap duplikasi dan pengembangan
      -          Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda

      Dari prosesnya, Zimerer, membagi tahap perkembangan kewirausahaan menjadi dua, yaitu:
      -          Tahap awal (perintisan)
      -          Tahap pertumbuhan
      -          Tahap Awal (Start-Up)









Sumber  :